Posted by : star5 Wednesday, March 20, 2013

Cerita malam pertama kali ini dikisahkan dari sudut pandang seorang wanita yang baru menjadi istri dari pria tambatan hatinya. Cerita ini ditulis oleh Wina dan dikirim ke tribundewasa.blogspot.com.  Berikut kisahnya. Semoga anda dapat mengambil hikmahnya.

Dari beberapa teman yang teman yang pernah kudengar menjadi ratu sehari itu sangat melelahkan. Ternyata benar. Badan serasa luluh lantak, capek dan letih meski hanya duduk di pelaminan. 

Perlu kuceritakan untuk pembaca, pernikahan kami dilaksanakana di kampung suamiku. Di sebuah desa terpencil pedalaman Kalimantan. Kebetulan aku menikah dengan putra tetua adat di kampung tersebut sehingga prosesi adat sangat panjang. Prosesi adat tersebut dilaksanakan mulai subuh sampai malam hari.

Jujur, inilah yang membuat fisikku tidak siap.  Namun entah mengapa itu semua seolah tak kurasakan. Pembaca pastinya paham mengapa letih, lelah dan capek itu bisa seolah tak terasa. Ya, hari ini adalah hari yang istimewa buatku dan pria yang kini telah kupanggil suamiku.

Di tengah keramaian suasana pesta, ada juga yang mengganjal dibenakku. Bagaimana nanti dengan malam pertama dengan pujaan hatiku. Ada kekhawatiran, mampukah aku membahagiakan suamiku dengan tubuh yang serasa mau patah ini?

Namun aku kembali teringat akan cerita teman-temanku, semua akan mengalir seperti air. Jalani saja. Ah, ini cukup membuatku tenang. Semoga semua mengalir seperti air, tak ada halangan tak ada masalah yang membuatku risau.

Jam sepuluh malam, acara selesai. Para undangan sudah banyak yang pulang. Yang tinggal hanya keluarga dekat. Namun keluarga dekat ini juga cukup ramai. Oh yah, suamiku anak bungsu dari delapan bersaudara. Semua abang, kakak dan kerabat hadir di acara pernikahan kami. Ini pula yang membuatku bangga.


Malam Pertama (ilustrasi)

Tapi, opsss ada masalah. Rumah mertuaku sebenarnya cukup luas. Ada tiga kamar dan satu kamar utama. Namun sepertinya tak cukup menampung kerabat dan keluarga. Anda bisa bayangkan, semua tumpek di ruang tamu. Kamar penuh dengan anak-anak. 

Lalu dimana kami akan melakukannya? Mungkin anda berpikir. Sebagai istri aku terlalu naif. Masa hanya memikirkan malam pertama? Terus terang, aku tak terlalu hirau. Buatku, ada banyak malam untuk melakukannya. Tapi bagaimana dengan suamiku?

Kulirik suamiku yang masih asyik ngobrol dengan saudaranya. Aku tau mau mengganggunya.

Jam sebelas lewat tiga puluh menit. Suamiku masuk kamar. Dia bilang mau ganti baju. Abang tertuanyapun mengiakan. Kususul dia masuk kamar. 

"Sudah tak sabar nih......" Itu yang kudengar kakak suamiku menggoda kami.

Di kamar ada tiga bayi yang sudah pulas.  Anak dari kakak ke tiga dan ke empat.

Bersambung...........



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Tribun Dewasa -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -